Jujur saja saya pribadi kesulitan
membahas kenyataan yang ada dalam reinkarnasi. Beragai referensi tak
cukup menjelaskan dengan gambalng. Karena saya saksikan sendiri betapa
rumit dan tidak sesederhana yang dibayangkan apa yang terjadi di alam
gaib. Paling tidak secara garis besar saya hanya mengetahui adanya dua
jenis reinkarnasi yang saya sebut sebagai reinkarnasi positif dan
negatif. Reinkarnasi positif sama halnya kejadian roh menitis atau
titisan. Sedangkan reinkarnasi negatif merupakan kejadian di mana roh
tak bisa masuk ke alam keabadian tetapi nyasar ke dalam tubuh binatang,
pohon, dan benda-benda tak hidup. Tetapi masih nyangkut di alam fisik
dimensi bumi yakni masuk ke dalam tubuh binatang, tumbuhan bahkan
menjadi penghuni benda-benda tak hidup seperti batu, jembatan, waduk,
dan rumah kosong dst menjadi ujud demit, hantu, jurik dan setan
bekasakan. Namun jenis reinkarnasi ini berbeda dengan jenis mahluk gaib
semacam siluman, jin, dan masih banyak lagi. Karena jin, siluman dan
lainnya lagi, merupakan entitas asli (bukan berasal dari reinkarnasi
roh manusia). Seperti halnya widodari merupakan entitas tersendiri
sebagaimana kanjeng Ratu Kidul sebagai entitas dari bidadari, bukan
berasal dari roh manusia. Namun demikian roh wanita yang mencapai
tataran kamulyan sejati bisa saja “manjalmo” menjadi sejajar dengan widodari.
Sungguh sangat kompleks gaib itu, tak perlu kita merasa sok tahu, sebab
yang kita tahu pun tak seberapanya dari realitas gaib (noumena) yang
ada. Pengetahuan dimensi kesejatian itupun musti dijelajah dengan
ketajaman indera rahsa sejati, tak mungkin hanya mengandalkan
kemampuan visual, rasio saja, apalagi referensi statis yakni yang
bersifat dogma-dogma anti kritik.
Terlepas dari berbagai referensi yang
ada, percaya atau tidak, setuju atau tidak setuju reinkarnasi saya
anggap benar-benar ada. Karena sudah puluhan kali saya menyaksikan suatu
kenyataan metafisik (noumena) di balik realitas fisik (fenomena).
Berikut ini contoh salah satu binatang yang merupakan wujud reinkarnasi
alias dulunya adalah manusia. Binatang ini hanya mengenal siapa nama
orang tuanya dulu dan apa saja kejahatan yang pernah ia lakukan semasa
hidupnya, tetapi hewan reinkarnasi ini blank alias tak ingat
siapa namanya, dan di mana ia dulu tinggal. Komunikasi terjadi saat
sukma binatang ini manjalmo atau mewujud dalam bentuk aslinya yakni
sukma laki-laki dengan wujud tegap dan cukup ganteng. Lucu bin aneh
memang, tapi inilah kenyataan hidup. Adapun bagi yang percaya
reinkarnasi, anda bisa saja membedakan mana binatang biasa mana yang
merupakan kejadian reinkarnasi negatif. Silahkan melanjutkan membaca
beberapa gejala atau cirikhas seperti yang terjadi pada seekor kucing
yang saya pelihara seperti dalam gambar di atas.
- Tatapan matanya bersentuhan secara mendalam dengan tatapan mata kita. Jika dilihat secara sepintas lalu seolah seperti tatapan penuh bahasa isyarat, mengandung pesan-pesan yang terasa mendalam.
- Memiliki beberapa perilaku yang berbeda, nyleneh, keluar dari pakem dengan binatang lainnya yang sejenis. Misalnya kucing di atas melakukan puasa setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon selama 24 jam penuh tidak mau makan apapun. Biasanya hanya ngumpet saja di dalam kamar yang agak gelap, tidak pula tidur seperti kucing-kucing pada umumnya yang sebagian besar waktunya untuk tidur. Makan terakhir jam 24.00 sampai dengan jam 24 malam berikutnya. Jika tak ada makanan saat berbuka, kucing tersebut ribut minta makan pada jam 24 lebih.
- Tidak mau mencuri lauk seperti ikan dan daging, kecuali yang sudah kita berikan secara resmi.
- Gemar sekali makan jagung rebus, kedelai rebus dan bahkan makanan yang manis seperti wajik.
- Tidak mau makan bangkai yang sudah mengeluarkan bau busuk apalagi sudah keluar belatung. Pernah suatu saat kucing tersebut makan ikan yang sudah busuk lantas terjadi muntah-muntah dan diary. Saya berikan norit obat perut bahan dari sejenis arang bisa sembuh lagi.
Menghadapi
gejala seperti di atas, apa yang bisa saya lakukan hanyalah membantu ia
menebus dalam karma. Cara tersebut sebagai upaya “penyempurnaan” agar
supaya mendapatkan “pengampunan” sehingga eksistensi hidupnya bermanfaat
untuk manusia. Inilah yang dimaksud surgane kewan iku ono ing wetenge menungso.
Weteng bisa jadi bukan hanya makna harfiah atau lugas saja, tetapi juga
bermakna kias. Weteng adalah perut bukan berarti lantas binatang
reinkarnasi apapun jenisnya harus dimakan manusia baru mendapat
pengurangan hukuman. Tetapi weteng di sini memiliki makna lebih
luas yakni dimanfaatkan hidupnya untuk kebaikan manusia. Bukankah kita
percaya bahwa benda apapun yang ada di dunia ini pasti memiliki manfaat.
Jika kucing tersebut hidupnya bermanfaat untuk manusia, kenyataannya
ia bisa lebih banyak menebus kesalahannya, jika tidak bermanfaat bagi
manusia sepertinya hanya sedikit ia berhasil menebus kesalahannya.
Setelah hukum reinkarnasi berlangsung, ternyata tidak lantas selesai.
Terutama reinkarnasi yang terjadi dengan wujud binatang kotor,
menjijikkan, seperti tikus, anjing buduk, babi, celeng, kucing gering
dsb jika mereka mati masih melanjutkan proses reinkarnasi, hanya saja
dalam wujud binatang yang tidak menjijikkan dan lebih aman disantap
misalnya ayam, kambing, rusa. Biasanya reinkarnasi berproses dari
binatang yang paling kecil atau rendah kemudian berproses menjadi
binatang yang semakin besar dan tidak menjijikan seperti kambing, kuda,
kerbau, sapi. Setelah reinkarnasi selesai, barulah bisa melanjutkan ke
alam keabadian. Urusannya masih panjang, karena masih melalui alam pangrantosan.
Masih jauh dari kamulyan, apalagi kamulyan sejati adalah KEMAMPUAN yang
bukan untuk roh yang pernah mengalami reinkarnasi negatif. KAMULYAN
dan KAMULYAN SEJATI, lebih tepat saya sebut sebagai kebisaan, kemampuan,
atau ruang gerak yang sangat leluasa, serba bisa melakukan banyak hal
bahkan untuk urip sajroning pati. Sebaliknya, ruh yang tidak
menggapai kamulyan apalagi kamulyan sejati, mereka memiliki kemampuan
sangat rendah, serba cupet dan sempit ruang geraknya, ada dalam suasana
yang sangat menyiksa atau dalam terminologi Jawa diistilahkan tidak lepas parane, tidak jembar kubure.
Suatu saat ketika saya masih hidup di dunia dan sebelum mati saya
sangat berharap dapat menyaksikan sendiri apa yang sesungguhnya terjadi,
dan bisa mengungkap misteri reinkarnasi yang negatif dan positif secara
lebih jelas dan gamblang. Walau hal ini mudah dilakukan oleh
orang-orang di zaman dulu para leluhur kita di nusantara, namun saya
sebagai generasi sekarang tak boleh pesimis. Biarpun segala sesuatu
memiliki probabilitas sangat kecil, namun saya menyaksikan sendiri
betapa mukjizat tuhan tak ada yang mustahil, dan hanya bagi yang percaya
100% saja.
Apa Yang Musti Dilakukan
Jika mengahadpi binatang demikian, saya pribadi menyadari supaya hidup ini bermanfaat sukur-sukur bisa jadi pepadang
bagi siapa saja tanpa pilih kasih, baik kepada sesama manusia, kepada
mahluk halus, binatang, tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Saya
hanya mencoba membantu… siapa tahu roh berbalut jasad binatang tersebut
bisa menebus karmanya dalam bentuk “laku” karmayoga sedikit demi
sedikit. Misalnya dengan memanfaatkan kucing tersebut untuk menjaga
bahan makanan dari serangan para tikus. Bahan makanan yang setiap saat
dimakan sekeluarga besar dan dibagi untuk orang-orang yang butuh makan
dan minum. Benar saja, kucing itu sangat setia menjaga, bahkan jika
mendapatkan tikus, tidak lantas ia bunuh dan makan tapi hanya digigit
dan dijadikan barang mainan sampai tikusnya lemah, baru diberikan pada
tuan rumah dalam keadaan masih hidup. Saya hanya berharap, kiranya jalmamenungso perlu menghormati dan menghargai sejelek apapun binatang, sebab ia adalah sama-sama mahluk ciptaan tuhan. Dadi jalma menungsa aja dumeh, aja mentang-mentang, kudu bisa-a rumangsa. Aja kaya wong jaman saiki, pintere mung rumangsa bisa. Aja mangkono wong urip..!
0 komentar:
Post a Comment