Newest Post

Rahasia Daftar Nama Negara dan Biodata Peserta Miss World 2013

| Saturday 28 September 2013
Read more »

Miss World 2013 di Indonesia, Nama Peserta dan Biodata - Beberapa negara sudah mengkonfirmasi mengikuti ajang bergengsi dunia yaitu Kontes Miss World 2013 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada Sepetember 2013 Mendatang di Kota Bali dan Jakarta. Berikut ini tabel nama-nama peserta dan biodata singkatnya.

Vania Larissa


Biodata nama peserta Kontes Miss World 2013 - Indonesia
Negara/Teritorial
Kontestan Usia Tinggi Daerah Asal
Afrika Selatan Marilyn Ramos 22 1.74 m (5 ft 9 in) Klerksdorp
Albania Ersela Kunti 22 1.76 m (5 ft 9 in) Tirana
Angola Maria Castel 23 1.63 m (5 ft 4 in) Uíge
Argentina Teresa Kuster 24 1.74 m (5 ft 9 in) Buenos Aires
Aruba Larisa Leeuwe 22 1.74 m (5 ft 9 in) Oranjestad
Australia Erin Holland 24 1.77 m (5 ft 10 Inci) Sydney
Austria Ena Kadić 23 1.76 m (5 ft 9 Inci) Innsbruck
Bahamas De'Andra Bannister 23 1.78 m (5 ft 9 1/2 in) Nassau
Barbados Regina Ramjit 19 1.72 m (5 ft 8 Inci) Bridgetown
Belanda Jacqueline Steenbeek 23 1.76 m (5 ft 9 Inci) Drunen
Belarus Maryia Vialichka 22 1.75 m (5 ft 9 Inci) Vitebsk
Belgia Noémie Happart 19 1.78 m (5 ft 10 Inci) Liege
Bermuda Katherine Arnfield 17 1.73 m (5 ft 8 Inci) Hamilton
Bolivia Alejandra Castillo 20 1.79 m (5 ft 10 1⁄2 in) Tarija
Bonaire Saphira Janga 22 1.74 m (5 ft 9 Inci) Kralendijk
Bosnia dan Herzegovina Sanda Gutić 19 1.78 m (5 ft 10 Inci) Brčko
 Botswana Rosemary Keofitlhetse 20 1.78 m (5 ft 10 Inci) Gaborone
 Brazil Sancler Frantz 21 1.75 m (5 ft 9 Inci) Arroio do Tigre
 Canada Camille Munro 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Regina
 Chile Camila Andrade 22 1.68 m (5 ft 6 Inci) Concepcion
 China PR Yu Weiwei 25 1.76 m (5 ft 9 Inci) Ankang
 Colombia Daniela Ocoro 23 1.70 m (5 ft 7 Inci) Cali
 Costa Rica Yarly Marín 23 1.68 m (5 ft 6 Inci) Puntarenas
 Côte d'Ivoire Aïssata Ezzedine 18 1.83 m (6 ft 0 Inci) Aboisso
 Curaçao Xafira Urselita 17 1.75 m (5 ft 9 Inci) Willemstad
 Denmark Malene Sørensen 20 1.80 m (5 ft 11 Inci) Haderslev
 Ekuador Laritza Párraga 19 1.73 m (5 ft 8 Inci) Santo Domingo de los Colorados
 El Salvador Paola Ayala 18 1.69 m (5 ft 7 Inci) San Salvador
 England Kirsty Heslewood 24 1.77 m (5 ft 10 Inci) Bishop's Stortford
 Equatorial Guinea Restituta Nguema 19 1.70 m (5 ft 7 Inci) Micomeseng
 Ethiopia Genet Tsegay 21 1.73 m (5 ft 8 Inci) Mekele
 Fiji Caireen Erbsleben 21 1.60 m (5 ft 3 Inci) Suva
 Finlandia Maija Kerisalmi 20 1.77 m (5 ft 10 Inci) Nokia
 Gabon Brunilla Moussadingou 20 1.75 m (5 ft 9 Inci) Lambarene
 Georgia Tamar Shedania  20 1.78 m (5 ft 10 Inci) Zugdidi
 Ghana Carranzar Shooter 22 1.67 m (5 ft 6 Inci) Accra
 Gibraltar Maroua Kharbouch 22 1.73 m (5 ft 8 Inci) Gibraltar
 Guadeloupe Sheryna van der Koelen 21 1.71 m (5 ft 7 Inci) Saint-François
 Guam Camarin Mendiola 17 1.70 m (5 ft 7 Inci) Agana Heights
 Guinea Mariama Diallo 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Conakry
 Guinea-Bissau Heny Tavares 21 1.70 m (5 ft 7 in) Bafatá
 Guyana Ruqayyah Boyer 23 1.75 m (5 ft 9 Inci) Georgetown
 Haiti Ketsia Lioudy 21 1.67 m (5 ft 6 Inci) Cap-Haïtien
 Honduras Mónica Elwin 19 1.69 m (5 ft 7 Inci) Roatan
 Hong Kong China Jacqueline Wong 24 1.63 m (5 ft 4 Inci) Kowloon
 Hungaria Annamária Rákosi 21 1.73 m (5 ft 8 Inci) Debrecen
 India Navneet Dhillon 20 1.75 m (5 ft 9 Inci) Patiala
 Indonesia Vania Larissa 17 1.78 m (5 ft 10 Inci) Pontianak
 Irlandia Aoife Walsh 23 1.70 m (5 ft 7 Inci) Clonmel
 Italia Sarah Baderna 22 1.77 m (5 ft 10 Inci) Castell'Arquato
 Jamaika Gina Hargitay 18 1.78 m (5 ft 10 Inci) Kingston
 Jepang Michiko Tanaka 23 1.71 m (5 ft 7 Inci) Tokyo
 Kazakhstan Aynur Toleuova 18 1.78 m (5 ft 10 Inci) Taldykorgan
 Kenya Wangui Gitonga 23 1.70 m (5 ft 7 Inci) Mombasa
 Kep. Virgin Britania Raya Kertis Malone 21 1.65 m (5 ft 5 Inci) Tortola
 Kep. Virgin USA Petra Cabrera-Badia 21 1.78 m (5 ft 10 Inci) Charlotte Amalie
 Kirgizstan Zhibek Nukeyeva 19 1.78 m (5 ft 10 Inci) Bishkek
 Korea Min Ji Park 24 1.70 m (5 ft 7 Inci) Busan
 Kosovo Antigona Sejdiu 21 1.71 m (5 ft 7 Inci) Pristina
 Latvia Eva Dombrovska 22 1.79 m (5 ft 10 Inci) Jelgava
 Lesotho Mamahlape Matsoso 19 1.70 m (5 ft 7 Inci) Maseru
 Luxembourg Héloïse Paulmier 18 1.66 m (5 ft 5 Inci) Luxembourg
 Malaysia Melinder Kaur Bhullar 20 1.75 m (5 ft 9 Inci) Kuala Lumpur
 Malta Donna Leyland 20 1.75 m (5 ft 9 Inci) Attard
 Martinique Julie Lebrasseur 19 1.82 m (5 ft 12 Inci) Ducos
 Mauritius Nathalie Lesage 18 1.75 m (5 ft 9 Inci) Grand Baie
 Meksiko Marilyn Chagoya 19 1.81 m (5 ft 11 Inci) Poza Rica
 Moldova Valeria Tsurkan 18 1.76 m (5 ft 9 Inci) Tiraspol
 Mongolia Pagmadulam Sukhbaatar 22 1.75 m (5 ft 9 Inci) Ulaanbaatar
 Montenegro Ivana Milojko 18 1.75 m (5 ft 9 Inci) Kotor
 Namibia Paulina Malulu 24 1.75 m (5 ft 9 Inci) Windhoek
 Nepal Ishani Shrestha 22 1.75 m (5 ft 9 Inci) Kathmandu
 Nigeria Anna Banner 18 1.68 m (5 ft 6 Inci) Bayelsa
 Northern Ireland Meagan Green  23 1.73 m (5 ft 8 Inci) Lisburn
 Norwegia Alexandra Backström 22 1.68 m (5 ft 6 Inci) Oslo
 Panama Virginia Hernández 22 1.73 m (5 ft 8 Inci) Panama City
 Paraguay Coral Ruíz Reyes 22 1.75 m (5 ft 9 Inci) Luque
 Perancis Marine Lorphelin 20 1.76 m (5 ft 9 Inci) Mâcon
 Peru Elba Fahsbender 21 1.79 m (5 ft 10 Inci) Piura
 Polandia Katarzyna Krzeszowska  22 1.72 m (5 ft 8 Inci) Krynica-Zdrój
 Portugal Elisabete Rodrigues 20 1.74 m (5 ft 9 Inci) Porto
 Puerto Rico Nadyalee Torres 25 1.76 m (5 ft 9 Inci) Caguas
 Republik Ceko Lucie Kovandová 19 1.73 m (5 ft 8 Inci) Dolní Kounice
 Republik Dominika Joely Bernat 24
La Vega
 Rusia Elmira Abdrazakova 18 1.67 m (5 ft 6 Inci) Mezhdurechensk
 Romania Andreea Chiru 20 1.67 m (5 ft 6 Inci) Braila
 Samoa Penina Paeu 21 1.75 m (5 ft 9 Inci) Apia
 Skotlandia Jamey Bowers 24 1.74 m (5 ft 9 Inci) Edinburgh
 St. Kitts & Nevis Trevicia Adams 22 1.68 m (5 ft 6 Inci) Basseterre
 Selandia Baru Ella Langsford  20 1.76 m (5 ft 9 Inci) Auckland
 Serbia Aleksandra Doknic 19 1.76 m (5 ft 9 Inci) Pozarevac
 Seychelles Agnes Emmanuel 19 1.75 m (5 ft 9 Inci) Victoria
 Singapura Maria-Anna Zenieris 18 1.73 m (5 ft 8 Inci) Singapura
 Slovakia Karolína Chomisteková 19 1.76 m (5 ft 9 Inci) Oravský Podzámok
 Slovenia Maja Cotič 24 1.73 m (5 ft 8 Inci) Nova Gorica
 Spanyol Elena Ibarbia Jiménez 18 1.80 m (5 ft 11 Inci) Donostia
 Sri Lanka Iresha Asanki De Silva 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Colombo
 Sudan Selatan Manuela Matong 21 1.65 m (5 ft 5 Inci) Juba
 Suriname Rachel Fuente 20 1.68 m (5 ft 6 Inci) Paramaribo
 Swedia Agneta Myhrman 18 1.80 m (5 ft 11 Inci) Stockholm
 Tanzania Bridgitte Alfred 20 1.72 m (5 ft 8 Inci) Dar es Salaam
 Thailand Kanyaphak Phokesomboon 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Udon Thani
 Trinidad dan Tobago Sherrece Villafana 19 1.80 m (5 ft 11 Inci) San Fernando
 Tunisia Hiba Telmoudi 22 1.78 m (5 ft 10 Inci) Gabes
 Turki Ruveyda Oksuz 19 1.80 m (5 ft 11 Inci) Istanbul
 Uganda Stellah Nantumbwe 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Kampala
 Ukraina Anna Zayachkivska 21 1.79 m (5 ft 10 Inci) Ivano-Frankivsk
 Uruguay Mercedes Bissio 22 1.76 m (5 ft 9 Inci) Maldonado
 Uzbekistan Rahima Ganieva 18 1.66 m (5 ft 5 Inci) Tashkent
 Vietnam Lại Hương Thảo 22 1.70 m (5 ft 7 Inci) Quảng Ninh
 Wales Gabrielle Shaw 19 1.68 m (5 ft 6 Inci) Wrexham
 Yunani Athina Pikraki 21 1.73 m (5 ft 8 Inci) Athens
 Zambia Christine Mwaaba 24 1.74 m (5 ft 9 Inci) Lusaka


Rahasia Daftar Nama Negara dan Biodata Peserta Miss World 2013

Posted by : Unknown
Date :Saturday 28 September 2013
With 0komentar

Rahasia Fatamorgana

|
Read more »
Fatamorgana merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana adalah pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada.

Fenomena ini biasa dijumpai di tempat panas dan Gunung Brocken di Jerman.

Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. 

Kata 'Fatamorgana' diambil dari bahasa Italia yang juga merupakan nama dari saudari Raja Arthur, yaitu Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah rupa.

Dalam peristiwa fatamorgana terdapat suatu konsep Fisika yang kadang terlupakan yaitu konsep pembiasan. 

Fatamorgana sering terjadi di gurun pasir, jalan-jalan beraspal, dan lautan. 

Dalam kajian fisika, prinsip terjadinya fatamorgana berawal dari proses pembiasan yang terjadi pada dua medium melalui lapisan-lapisan udara yag memiiki perbedaan suhu.  

Proses terjadinya fatamorgana berawal dari adanya perbedaan kerapatan antara udara dingin dan udara panas. Udara dingin memiliki kerapatan lebih pekat dan lebih berat dibandingkan udara panas. 
Dalam kenyataannya, lapisan udara yang panas yang ada di dekat tanah terperangkap oleh lapisan udara yang lebih dingin di atasnya. Cahaya dibiaskan ke arah garis horisontal pandangan dan akhirnya berjalan ke atas karena pengaruh internal total.

Pemantulan internal total (total internal reflection) adalah proses pemantulan seberkas cahaya pada permukaan batas antara satu medium dengan medium yang lain yang indeks biasnya lebih kecil, jika sudut datang ke medium kedua melebihi suatu sudut kritis tertentu.

Dengan demikian, cahaya berjalan di dalam medium yang memiliki indeks bias yang tinggi seperti air, kaca, dan plastik ke medium yang memiliki indeks bias lebih rendah seperti udara. Akibatnya gambar dengan sifat semu dan terbalik akan membentuk fatamorgana.

Pada siang hari, sinar Matahari sangat terik sehingga membuat jalan beraspal yang hitam menjadi sangat panas. Aspal yang panas itu akan meradiasikan panas sehingga udara di sekitar jalan menjadi sangat panas. Udara panas tersebut akan memantulkan bayangan langit biru dan awan-awan seperti halnya kolam berisi air. Inilah fatamorgana. Hal yang sama juga terjadi di gurun pasir.

Sekarang pertanyaannya, kenapa udara panas dapat membentuk bayangan langit?


Jawabannya, karena ada proses pembiasan (pembelokan cahaya). Akibat panas aspal atau gurun pasir, udara di atasnya berlapis-lapis. 
Tiap lapisan suhunya berbeda, makin dekat dengan aspal atau gurun pasir makin panas. Sinar yang berasal dari langit atau awan akan mengalami pembiasan berantai (sinarnya dibelokkan) oleh lapisan-lapisan itu, sampai akhirnya sinar ini berbalik ke atas (orang sering menyebutnya sebagai pemantulan total). Ketika sinar itu mengenai mata orang, maka orang akan melihatnya sebagai sesuatu yang kebiruan muncul dari aspal atau gurun pasir (seperti kolam air).

Agar lebih jelas silahkan perhatikan gambar-gambar ilustrasi berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0fQlHBDrDE7a1ar1SRVGAf8LjqW3WzM6yqnb_p0FE9caLnGW_a8bOFildK3IQDi_XD4N9KBAzXVSR5CdaOs5YOrWCmZkOosiTxl5e-FpmyDg9rcjaIndur8wXsirY_QBkOKrmMAi20WgY/s1600/Mirage+A.jpg
Fatamorgana adalah peristiwa mirage.
Mirage itu adalah suatu ilusi atau kekeliruan penglihatan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL11O8WuLzsYWonyTzENZhrRPgFZUFGzh2GMslT67oUvgjSfVFZxfKwQHnIh43yrRzf82wizkfvgAsExCIA7TUXQvicrYRiNaoMxC7INKdCJaNqHaT4PNQfV9sREEbJ_DitivSxpgJ0d2s/s1600/mirage+B.jpg
Gambar diatas memperlihatkan pengaruh dari suhu udara
yang tidak seragam pada lintasan cahaya di udara
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBnFxbYb0Nakwhm7DqIYz8QNJKHsPz0di4Qz2dvy4p2A14Bk_VsSFKQ45rhBhVtbBIAvuXQIkoi-isIkOrWRnsFAzctWkUoZJ-MHmZJzyMiUi-cJyGbNpjVSf_epbtrNNcyAej3jXrUROJ/s1600/Mirage+C.jpg
Gambar diatas menunjukkan tentang mirage
yang umum terpantau dan disebut inferior mirage
karena mirage-nya tampak dibawah benda yang sebenarnya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhey3d_wrKKpCL5QZU2C92jutB2TAgI5oAtLj4nRkA7yUzA79OtV6ivy7kwk-g4MHowl6ABPahh22Bmyl_FiAB7TgNILXcQEeqDNtQeAWDdMOWWSJN4P1dP3etwILK5_wsUWqNOk1ptdRFY/s1600/Mirage+D.jpg
Terjadinya inferior mirage ataupun superior mirage
disebabkan oleh kecepatan perubahan suhu yang tinggi dari udara
Jadi, fatamorgana bukan karena mata kelelahan. Fenomena ini nyata dan dapat difoto. Yang jadi masalah adalah kesalahan interpretasi di otak kita.

Rahasia Fatamorgana

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

Rahasia Peribahasa Jawa

| Saturday 14 September 2013
Read more »
Dalam khasanah sastra Jawa dikenal apa yang dinamakan bebasan, sanepan, atau saloka. Merupakan bentuk peribahasa yang berisi makna kiasan sebagai sarana mempermudah penggambaran suatu keadaan. Keadaan bisa berupa fakta realitas yang tidak biasa terjadi, sindiran, sarkasme, dan suatu kenyataan yang paradoksal. Dirangkai dalam gaya bahasa, kata dan kalimat yang indah, lembut agar tidak mudah menyinggung perasaan orang namun mudah sebagai pengingat. Pada saat ini kekayaan sastra Jawa terasa sangat minim, tidak lebih dari bahasa sehari-hari yang diterapkan dalam pergaulan masyarakat Jawa dan lainnya. Namun bila anda ingin menggunakan dalam wacana komunikasi sehari-hari tampaknya masih relevan, dan saya pikir masih bermanfaat untuk megistilahkan atau membahasakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak wajar. Kalimat yang digunakan ibarat pantun yang terkadang terasa lucu dan aneh. Apapun tastenya, berikut ini peribahasa yang dapat kami kumpulkan dari berbagai sumber khasanah pustaka Jawa dan nara sumber langsung. Semoga bermanfaat untuk anda sekalian yang masih peduli kebudayaan lokal asli nusantara maupun bagi yang gemar olah sastra dan budaya lokal.
A
Adhang-adhang tetese embun : njagakake barang mung sak oleh-olehe.
Adigang, adigung, adiguna : ngendelake kekuwatane, kaluhurane lan kepinterane.
Aji godhong garing (aking) : wis ora ana ajine / asor banget.
Ana catur mungkur : ora gelem ngrungokake rerasan kang ora becik.
Ana daulate ora ana begjane : arep nemu kabegjan nanging ora sida (untub-untub).
Ana gula ana semut : papan sing akeh rejekine, mesti akeh sing nekani.
Anak polah bapa kepradah : tingkah polahe anak dadi tanggungjawabe wong tuwa.
Anggenthong umos (bocor/rembes) : wong kang ora bisa nyimpen wewadi.
Angon mongso : golek waktu kang prayoga kanggo tumindak.
Angon ulat ngumbar tangan : ngulatake kahanan menawa kalimpe banjur dicolong.
Arep jamure emoh watange : gelem kepenake ora gelem rekasane.
Asu rebutan balung : rebutan barang kang sepele.
Asu belang kalung wang : wong asor nanging sugih.
Asu gedhe menang kerahe : wong kang dhuwur pangkate mesti bae gede panguwasane.
Asu marani gebuk : njarak / sengaja marani bebaya.
Ati bengkong oleh obor : wong kang duwe niyat ala malah oleh dalan.
B
Baladewa ilang gapite (jepit wayang) : ilang kekuwatane / kaluhurane.
Banyu pinerang ora bakal pedhot (sigar) : pasulayan sedulur ora bakal medhotake sedulurane.
Bathang lelaku : lunga ijen ngambah panggonan kang mbebayani.
Bathok bolu isi madu (bolong telu) : wong asor nanging sugih kepinteran.
Blaba wuda : saking lomane nganti awake dhewe ora keduman.
Bebek mungsuh mliwis : wong pinter mungsuh wong kang podho pintere.
Becik ketitik ala ketara : becik lan ala bakal konangan ing tembe mburine.
Belo melu seton (malem minggu) : manut grubyuk ora ngerti karepe (taklid).
Beras wutah arang bali menyang takere : barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune.
Bidhung api rowang : ethok-ethok nulung nanging sejatine arep ngrusuhi.
Balilu tan pinter durung nglakoni (bodho) : wong bodho sering nglakoni, kalah pinter ro wong pinter nanging durung tau nglakoni.
Bubuk oleh leng : wong duwe niyat ala oleh dalan.
Bung pring petung : bocah kang longgor (gelis gedhe).
Buntel kadut, ora kinang ora udud : wong nyambut gawe borongan ora oleh mangan lan udud.
Buru (mburu) uceng kelangan dheleg : golek barang sepele malah kelangan barang luwih gedhe.
Busuk ketekuk, pinter keblinger : wong bodho lan pinter padha wae nemu cilaka.
C
Carang canthel : ora diajak guneman nanging melu-melu ngrembug.
Car-cor  kaya kurang janganan : ngomong ceplas-ceplos oran dipikir disik.
Cathok gawel (timangan sabuk) : seneng cawe-cawe mesthi ora diajak guneman.
Cebol nggayuh lintang : kekarepan kang ora mokal bisa kelakon.
Cecak nguntal cagak (empyak) : gegayuhan kang ora imbang karo kekuwatane.
Cedhak celeng boloten (gupak lendhut) : cedhak karo wong ala bakal katut ala.
Cedhak kebo gupak :  cedhak karo wong ala bakal katut ala.
Ciri wanci lelai ginawa mati : pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati.
Cincing-cincing meksa klebus : karepe ngirit nanging malah entek akeh.
Criwis cawis : seneng maido nanging yo seneng menehi/muruki.
Cuplak andheng-andheng, yen ora pernah panggonane bakal disingkirake : wong kang njalari ala becike disingkirake.
D
Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek, dadiyo suket emoh nyenggut : wis ora gelem nyanak / emoh sapa aruh.
Dahwen ati open (seneng nacad) :  nacad nanging mbenerake wong liya.
Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang : ala dianggep becik, becik dianggep ala.
Desa mawa cara, negara mawa tata : saben panggonan duwe cara utawa adat dhewe-dhewe.
Dhemit ora ndulit, setan ora doyan : tansah diparingi slamet, ora ana kang ngganggu gawe.
Digarokake dilukoke : dikongkon nyambut gawe abot.
Didhadhunga medhot, dipalangana mlumpat :  wong kang kenceng karepe ora kena dipenggak.
Diwenehi ati ngrogoh rempela : diwenehi sithik ora trima, malah njaluk sing akeh.
Dom sumuruping mbanyu : laku sesideman kanggo meruhi wewadi.
Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan : senajan wong liya yen lagi nemoni rekasa bakal dibelani.
Duka yayah sinipi, jaja bang mawinga-wingi : wong kang nesu banget.
Dudutan lan anculan (tali memeden sawah) : padha kethikan, sing siji ethok-ethok ora ngerti.
Durung pecus keselak besus : durung sembada nanging kepengin sing ora-ora.
E
Eman-eman ora keduman : karepe eman malah awake dewe ora keduman.
Emban cindhe emban siladan (slendang iratan pring) : pilih kasih / ora adil.
Embat-embat celarat (klarap) :  wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget.
Emprit abuntut bedhug : perkara sing maune sepele dadi gedhe / ngambra-ambra.
Endhas gundul dikepeti : wis kepenak ditambahi kepenak maneh.
Endhas pethak ketiban empyak : wong kang bola-bali nemu cilaka.
Enggon welut didoli udhet : panggone wong pinter dipameri kepinteran sing ora sepirowa.
Entek ngamek kurang golek : anggone nyeneni/nguneni sakatoge.
Entek jarake : wis entek kasugihane.
Esuk dhele sore tempe : wong kang ora tetep atine (mencla mencle).
G
Gagak nganggo lar-e  merak : wong asor / wong cilik tumindak kaya wong luhur (gedhe).
Gajah alingan suket teki : lair lan batine ora padha, mesthi bakal ketara.
Gajah (nggajah) elar : sarwa gedhe lan dhuwur kekarepane.
Gajah ngidak rapah (godhong garing) : nerang wewalere dewe.
Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengahe : wong gedhe sing padha pasulayan, wong cilik sing dadi korbane.
Garang garing : wong semugih nanging sejatine kekurangan.
Gawe luwangan kanggo ngurungi luwangan : golek utang kanggo nyaur utang.
Gayuk-gayuk tuna, nggayuh-nggayuh luput : samubarang kang dikarepake ora bisa keturutan.
Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh : senajan alon-alon anggone tumindak, nanging bisa kaleksanan karepe.
Golek banyu bening : meguru golek kawruh kang becik.
Golek-golek ketemu wong luru-luru : karepe arep golek utangan malah dijaluki utang.
Gupak pulute ora mangan nangkane : melu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepenake.
I
Idu didilat maneh : murungake janji kang wis diucapake.
Iwak lumebu wuwu : wong kena apus kanthi gampang.
J
(n)Jagakake endhoge si blorok : njagagake barang kang durung mesthi ana lan orane.
(n)Jajah desa milang kori : lelungan menyang ngendi-endi.
Jalma angkara mati murka : nemoni cilaka jalaran saka angkara murkane.
(n)Jalukan ora wewehan : seneng njejaluk ora seneng menehi.
Jati ketlusupan ruyung : kumpulane wong becik kelebon wong ala.
Jaran kerubuhan empyak : wong wis kanji (kapok) banget.
Jarit lawas ing sampire : duwe kapinteran nanging ora digunakake.
Jer basuki mawa bea : samubarang gegayuhan mbutuhake wragat.
Jujul muwul : perkara kang nambah-nambahi rekasa.
(n)Junjung ngetebake / ngebrukake : ngalembana nanging duwe maksud ngasorake.
K
Kacang ora ninggal lanjaran : kebiasa-ane anak nirokake wong tuwane.
Kadang konang : gelem ngakoni sedulur mung karo sing sugih.
Kala cacak menang cacak : samubarang panggawean becik dicoba dhisik bisa lan orane.
Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega : wong sing ora duwe papan panggonan.
Katepang ngrangsang gunung : kegedhen karep/panjangka sing mokal bisa kelakon.
Katon kaya cempaka sawakul : tansah disenengi wong akeh.
Kaya banyu karo lenga : wong kang ora bisa rukun.
Kakehan gludug kurang udan : akeh omonge ora ana nyatane.
Kabanjiran segara madu : nemu kabegjan kang gedhe banget.
Kebat kliwat, gancang pincang : tumindak kesusu mesthi ora kebeneran.
Kebo bule mati setra : wong pinter nanging ora ana kang mbutuhake.
Kebo ilang tombok kandhang : wis kelangan, isih tombok wragat kanggo nggoleki, malah ora ketemu.
Kebo kabotan sungu : rekasa kakehan anak / tanggungan.
Kebo lumumput ing palang : ngadili perkara ora nganggo waton.
Kebo mulih menyang kandhange : wong lunga adoh bali menyang omahe / asale.
Kebo nusu gudel : wong tuwa njaluk wulang wong enom.
Kegedhen empyak kurang cagak : kegedhen karep nanging ora sembada.
Kajugrugan gunung menyan : oleh kabegjan kang gedhe banget.
Kekudhung walulang macan : ngapusi nggawa jenenge wong kang diwedeni.
Kelacak kepathak : ora bisa mungkir jalaran wis kebukten.
Kena iwake aja nganti buthek banyune : sing dikarepake bisa kelakon nanging aja nganti dadi rame/rusak.
Kencana katon wingko : senajan apik nanging ora disenengi.
Kendel ngringkel, dhadang ora godak : ngakune kendel tur pinter jebule jirih tur bodho.
Kenes ora ethes : wong sugih amuk nanging bodho.
Keplok ora tombok : wong senengane komentar thok nanging ora gelem tumindak.
Kere munggah mbale : batur dipek bojo karo bendarane.
Kere nemoni malem : wong kang bedigasan / serakah.
Kerot ora duwe untu : duwe kekarepan nanging ora duwe beaya / wragat.
Kerubuhan gunung : wong nemoni kesusahan sing gedhe banget.
Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang : nemoni cilaka kang ora kenyana-nyana.
Ketula-tula ketali : wong kang tansah nandang sengsara.
Kethek saranggon : kumpulane wong kang tindakane ala.
Kleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadhang : wong kang ora duwe panggonan sing tetep.
Klenthing wadah uyah : angel ninggalake pakulinan tumindak ala.
Kongsi jambul wanen : nganti tumekan tuwa banget.
Krokot ing galeng : wong kang mlarat banget.
Kriwikan dadi grojogan : prakara kang maune cilik dadi gedhe banget.
Kumenthus ora pecus : seneng umuk nanging ora sembada.
Kurung munggah lumbung : wong asor / cilik didadekake wong gedhe.
Kuthuk nggendhong kemiri : manganggo kang sarwo apik/aji liwat dalan kang mbebayani.
Kutuk marani sunduk, ula marani gebuk : njarag marani bebaya.
Kuncung nganti temekan gelung : suwe banget anggone ngenteni
L
Ladak kecangklak : wong kang angkuh nemoni pakewuh, marga tumindake dewe.
Lahang karoban manis : rupane bagus / ayu tur luhur budine.
Lambe satumang kari samerang : dituturi bola-bali meksa ora digugu.
Lanang kemangi : wong lanang kang jireh.
Legan golek momongan : wis kepenak malah golek rekasa.
Lumpuh ngideri jagad : duwe karepan kang mokal bisa keturutan.
M
Maju tatu mundur ajur : perkara kang sarwa pakwuh.
Matang tuna numbak luput : tansah luput kabh panggayuhan.
Mbuang tilas : ethok-ethok ora ngerti marang tumindak kang ala sing lagi dilakoni.
Meneng widara uleran : katon anteng nanging sejatin ala atine.
Menthung koja kena sembagine : rumangsane ngapusi nanging sejatine malah kena apus.
Merangi tatal : mentahi rembug kang wis mateng.
Mikul dhuwur mendhem jero : bisa njunjung drajate wong tuwa.
Milih-milih tebu oleh boleng : kakehan milih wekasan oleh kang ora becik.
Mrojol selaning garu : wong kang luput saka bebaya.
Mubra-mubra mblabar madu : wong sing sarwa kecukupan.
N
Nabok anyilih tangan : tumindak ala kanthi kongkonan uwong liya.
Ngagar metu kawul : ngojok-ojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojoki ora mempan.
Ngajari bebek nglangi : panggawean sing ora ana paedahe.
Ngalasake negara : wong sing ora manut pranatane negara.
Ngalem legining gula : ngalembana kepinterane wong kang pancen pinter/sugih.
Ngaturake kidang lumayu : ngaturake barang kang wis ora ana.
Nglungguhi klasa gumelar : nindakake panggawean kang wis tumata.
Ngontragake gunung : wong cilik/asor bisa ngalahake wong luhur/gedhe, nganti gawe gegere wong akeh.
Nguthik-uthik macan dhedhe : njarag wong kang wis lilih nepsune.
Nguyahi segara : weweh marang wong sugih kang ora ana pituwase.
Nucuk ngiberake : wis disuguhi mangan mulih isih mbrekat.
Nututi layangan pedhot : nggoleki barang sepele sing wis ilang.
Nyangoni kawula minggat : ndandani barang sing tansah rusak.
Nyolong pethek : tansah mleset saka pametheke/pambatange.
O
Obah ngarep kobet mburi : tumindake penggede dadi contone/panutane kawula alit.
Opor bebek mentas awake dhewek : rampung saka rekadayane dhewe.
Ora ana banyu mili menduwur : watake anak biasane niru wong tuwane.
Ora ana kukus tanpa geni : ora ana sbab tanpa akibat.
Ora gonjo ora unus : wong kang ala atine lan rupane.
Ora mambu enthong irus : dudu sanak dudu kadhang.
Ora tembung ora tawung : njupuk barang liyan ora kandha disik.
Ora uwur ora sembur : ora gelem cawe-cawe babar pisan.
Ora kinang ora udud : ora mangan apa-apa.
Othak athik didudut angel : guneme sajak kepenak, bareng ditemeni jebule angel.
P
Palang mangan tandur : diwenehi kapercayan malah gawe kapitunan.
Pandengan karo srengenge : memungsuhan karo penguwasa.
Pandhitane antake : laire katon suci batine ala.
Pecruk (manuk kag magan iwak) tunggu bara : dipasrahi barang kang dadi kesenengan.
Pitik trondhol diumbar ing padaringan : wong ala dipasrahi barang kang aji, wekasane malah ngentek-entekake.
Pupur sadurunge benjut : ngati-ati sadurunge benjut.
R
Rampek-rampek kethek : nyedak-nyedak mung arep gawe kapitunan.
Rawe-rawe rantas malang-malang putung : samubarang kang ngalang-alangi bakal disingkirake.
Rebut balung tanpa isi : pasulayan merga barang kang sepele.
Rindhik asu digitik : dikongkon nindakake penggawean kang cocok karo kekarepane.
Rupa nggendhong rega : barang apik regane larang.
Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah : yen padha rukun mesti padha santosa, yen padha congkrah mesthi padha bubrah/rusak.
S
Sabar sareh mesthi bakal pikoleh : tumindak samubarang aja kesusu supaya kasil.
Sabaya pati, sabaya mukti : kerukunan kang nganti tekan pati.
Sadumuk bathuk sanyari bumi : pasulayan nganti dilabuhi tekaning pati.
Sandhing kebo gupak : cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala.
Satru mungging cangklakan : mungsuh wong kang isih sanak sedulur.
Sadhakep awe-awe : wis ninggalake tumindak ala, nanging batien isih kepengin nglakoni maneh.
Sembur-sembur adus, siram-siram bayem : bisa kalaksanan marga oleh pandongane wong akeh.
Sepi ing pamrih, rame ing gawe : nindakake panggaweyan kanthi ora melik/pamrih apa-apa.
Sing sapa salah bakal seleh : sing sapa salah bakal konangan.
Sluman slumun slamet : senajan kurang ati-ati isih diparingi slamet.
Sumur lumaku tinimba, gong lumaku tinabuh : wong kang kumudu-kudu dijaluki piwulang/ditakoni.
T
Tebu tuwuh socane : prakara kang wus apik, bubrah marga ana sing ngrusuhi.
Tega larane ora tega patine : senajan negakake rekasane, nanging isih menehi pitulungan.
Tekek mati ing ulone : nemoni cilaka margo saka guneme dhewe.
Tembang rawat-rawat, ujare mbok bakul sunambiwara : kabar kang durung mesthi salah lan benere.
Timun jinara : prakara gampang banget.
Timun mungsuh duren : wong cilik mungsuh wang kuwat/panguwasa, mesthi kalahe.
Timun wungkuk jaga imbuh : wong bodho kanggone yen kekurangan wae.
Tinggal glanggang colong playu : ninggalake papan pasulayan.
Tulung (nulung) menthung : katone nulungi jebule malah nyilakani.
Tumbak cucukan : wong sing seneng adu-adu.
Tuna sathak bathi sanak : rugi bandha nanging bathi paseduluran.
Tunggak jarak mrajak tunggak jati mati : prakara ala ngambra-ambra, prakara becik kari sethitik.
U
Ucul saka kudangan : luput saka gegayuhane.
Ulat madhep ati manteb : wis manteb banget kekarepane.
Undaking pawarta, sudaning kiriman : biasane pawarta iku beda karo kasunyatane.
Ungak-ungak pager arang : ngisin-isini.
W
Welas tanpa lalis : karepe welas nanging malah gawe kapitunan.
Wis kebak sundukane : wis akeh banget kaluputane.
Wiwit kuncung nganti gelung : wiwit cilik nganti gedhe tuwa.
Y
Yitna yuwana mati lena : sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana bakal cilaka.
Yiyidan mungging rampadan : biyene wong durjana/culika saiki dadi wong sing alim.
Yuwana mati lena : wong becik nemoni cilaka marga kurang ngati-ati.
Yuyu rumpung mbarong ronge : omahe magrong-magrong nanging sejatine mlarat.

Rahasia Peribahasa Jawa

Posted by : Unknown
Date :Saturday 14 September 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲